MENGETAHUI
PERJALANAN HIDUP SOSOK HAJI AGUS SALIM
(Sebuah
Resensi dari Buku “HAJI AGUS SALIM”)
Disusun
untuk Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia Kelas IX
Disusun
Oleh : Kalia Bening Alirya, dkk
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 GODEAN
TAHUN
PELAJARAN 2012-2013
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis yang berjudul “ Laporan Resensi Buku Haji Agus Salim ” ini dengan
baik tanpa ada halangan.
Laporan Resensi salah satu buku
biografi ini berisi mengenai sosok
pahlawan bangsa yakni Haji Agua Salim.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
kami mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada Ibu Puji Lestari selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesis yang telah banyak membantu kami dalam penyelesaian tugas ini.
Selain itu, kami berharap semoga laporan
resensi buku biografi Haji Agus Salim
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan menjadi referensi untuk
menambah pengetahuan umum.
Oleh karena itu, kami mengharap
segala kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini jauh
lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan maupun
kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
BAB I PENDAHULUAN
A. Identitas
Buku
1. Judul Buku : Biografi Haji Agus Salim
2. Penulis Buku : Drs. Mukayat
3. Penerbit
Buku :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 1985
6. Tebal Buku : vii + 85
B. Latar
Belakang
1. Usaha
penulisan buku-buku bersejarah wajib kita tingkatkan mengingat perlunya kita
untuk senantiasa memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional
dengan tetap memelihara dan membina tradisi dan
meninggalkan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa serta
kemanfaatan nasional.
2. Supaya
pembaca lebih mengetahui masa-masa dulu tentang Haji Agus Salim
C. Tujuan
1.
Untuk melengkapi tugas Bahasa Indonesia
2.
Mengkaji lebih jauh nilai-nilai budaya,
sejarah, dan kepahlawanan
3.
Melatih kerja kelompok yang erat dan kompak
4.
Meningkatkan minat baca
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sistematika Buku
BAB I menceritakan
masa sekolah dan masa kanak-kanak
BAB II menceritakan
mengenai pencarian asas hidup
BAB III menceritakan
mengenai pembinaan keluarga dan pendidikan
BAB IV menceritakan
mengenai merintis jenjang kemajuan
BAB V menceritakan
Haji Agus Salim dan perkembangan Sarikat Islam
BAB VI menceritakanperjuangan
menjelang kemerdekaan Republik Indonesia
BAB VII menceritakan
pengabdian Haji Agus Salim semasa pemerintah
B.
Ringkasan Cerita
BAB I
Mashadul
Haq atau yang lebih dikenal dengan nama Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober
1884 di Bukittinggi. Beliau mulai menempuh pendidikan di sekolah dasar dulu
yang disebut Europeesche Logere School (ELS) dengan lancar dan tamat pada tahun
1898. Kemudian beliau ke Batavia (Jakarta) untuk masuk sekolah menengah Hogere
Burger School (HBS) selama lima tahun. Agus Salim melanjutkan sekolahnya ke
sekolah kedokteran yaitu School tot opleiding
van Inlandsche Artsen (Stovia)
BAB II
Setelah
menyelesaikan pelajaran di HBS pada tahun 1903 Agus Salim bekerja sebagai
tenaga penerjemah di Jakarta. Karena tidak puas Agus Salim pindah ke Indragiri
dan bekerja diperusahaan batu bara sampai tahun 1906. Pada tahun 1906 Agus
Salim ke Jedah untuk bekerja sebagi sekertaris Drageman sampai tahun 1911.
Pada
tahun 1911 Agus Salim memutuskan untuk kembali ke tanah air. Kemudian ia
bekerja pada departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai Jawatan Pekerjaan
Umum sampai 1912. Satu tahun kemudian ia berhenti untuk berpindah ke pekerjaan
lain. Kemudian ia mendirikan HIS dan menikah dengan Zaenatun Nahar.
BAB III
Disamping mengelola sekolah Hollanddas
Inlandsa School ( Sekolah Bumi Putra), ternyata setelah kuranglebih sat u tahun
berada di kota gadang, tertambatlah hatinya pada seorang gadis yang bernama
Zaenatun Nahar. Dan akhirnya Haji Agus Salim menikah pada tanggal 12 Agustus
1912.Zaenatun Nahar dilahirkan di kota Gadang pada tanggal 16 Desember 1893.
Beliau dikaruniai keluarga besar dengan 10 orang anak. Diantaranya ada dua yang
meninggal saat masih kecil. Ke delapan anaknya terdiri dari empat laki – laki,
empat pereempuan.
Suatu keunikan dalam membina keluarga ialah
bahwa Haji Agus Salim telah memutuskan untuk menyelenggarakan pendidikan putra
– putrinya langsung ditangani sendiri. Kecuali putra bungsunya yang bersekolah
sewaktu Indonesia sudah merdeka. Kemudian Haji Agus Salim mendirikan Sekolah
Dasar Bumiputera di kampung halamannya. Dalam keluarga Haji Agus Salim sehari –
hari Bahasa Belanda diterapkan secara aktif.
BAB IV
Pada
tahun 1915 Haji Agus Salim bertekad bulat untuk menetap kembali di tanah Jawa
setelah gagal memperoleh ijasah guru. Namun ia tercatat sebagai redektur ke II
pada surat kabar Neraca, di bawah asuhan Abdul Muis. Abdul Muisberkurang dan
bahkan akan dapat membantumeredakan pertikaian antara pihak pemerintah dan
Centraal Serikat Islam, yang mengajukan tuntutan kepada pemerintah agar
didirikan sebuah Koloniale Parlement.
Haji
Agus Salim akhirnya pada permulaan tahun 1920 keluar dari surat kabar neraca
dan kedudukannya diganti oleh Koesoema Sutan Pamoentjk yang sebelumnya menjabat
sebagai kepala Kantor Drukkerij Evolutie. Sewaktu menganggur pernah dia
mendapat tawaran bekerja sebagai Pengawas pajak dari pemerintah Belanda, tetapi
dia menolak tegas.
Agus
Salim pun tertarik dan masuk aktif menjadi pengurus Sarikat Islam . Pada
tanggal 12 Agustus 1912 perkumpulan itu telah dianggap melanggar peraturan
pemerintah dengan mengobarkan huru-hara anti Cina sehingga membahayakan
ketertiban umum. Karena itu residen Wijch (residen Surakarta) memutuskan untuk
menskors Serikat Dagang Islam. Akhirnya skorsing dicabut pada tanggal 26
Agustus 1912.
Pertumbuhan
yang pesat dari Sarikat Islam menimbulkan rasa tidak senang dari pemerintah
kolonial. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) menyeludupkan Semaun
dan Darsono sebagai anggota pengurus Sarikat Islam. Sarikat Islam mengirimkan
Tjokroaminoto untuk menjadi Dewan Rakyat. Pada tanggal 25 November 1918
Tjokroaminoto mengajukan misi yang menuntut pemerintah Belanda untuk membentuk
parlemen yang sejati. Belanda menolak misi tersebut yang membuat Haji Aagus
Salim mengundurkan diri sebagai Dewan Rakyat.
BAB VII
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia menyebabkan meletusnya api revolusi yang membakar seluruh
bumi Nusantara.
Pada
tanggal 23 Agustus 1945 dibentuklah Badan Pusat Komite Nasional Indonesia yang
disingkat dengan KNIP. KNIP ini diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945 dan
merupakan penjelmaan dari PPKI. Pada tanggal 25 September 1945 Presiden telah
mengangkat para anggota Dewan Pertimbangan Agung atau DPA yang berjumlah
sebelas orang, diantaranya Haji Agus Salim. Badan ini mempunyai kewajiban
menjawab pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul pada pemerintah.
Sebelum
peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 September 1945 telah ditetapkan Merah
Putih sebagai Bendera Indonesia dan dikibarkan mulai tanggal tersebut. Sedangkan
salam Nasionalnya adalah MERDEKA, salam inilah yang mempunyai pengaruh besar
dalam pergolakan revolusi. Dengan demikian maka salam Merdeka merupakan
jembatan yang menghubungkan masa lampau dan yang akan datang.
Atas
usul Komite Nasional Indonesia Pusat dalam sidang plenonya pada tanggal 16
Oktober 1945 dikeluarkan maklumat Nomor: x dari wakil Presiden Republik
Indonesia yang memberikan kekuasaan legislatif dan wewenang ikut serta
menetapkan Haluan Negara dalam Garis-garis Besarnya atau GBHN kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat, sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
terbentuk.
Pada
tanggal 2 Maret 1946 Kabinet Syahrir I jatuh. Kemudian lahirlah kabinet syahrir
ke II dibentuk pada tanggal 12 Maret 1946 dan di dalam Kabinet Sutan Syahrir ke
II inilah Haji Agus Salim mulai berkecimpung secara aktif dalam bidang politik
pemerintahan Republik Indonesia. Golongan anti Syahrir pada tanggal 3 Juli 1946
menyerahkan susunan Dewan Pimpinan Politik dan kementerian negara kepada
presiden agar disahkan. Tetapi, presiden tidak mau menandatangani, malah
presiden soekarno mengumumkan bahwa Tan Malaka, Mr. Soebardo, Mr. Iwa Kusuma
Sumantri, Mr. Moh. Yamin, dan Sukarni akan merebut kekuasaan negara. Suasana
hangat itu baru tenang kembali pada tanggal 2 Oktober 1946.
Akibatnya,
Presiden Soekarno membujuk Sultan Syahrir untuk ketiga kalinya memimpin
kabinet. Dengan demikian lahirlah kabinet syahrir yang ketiga yang terdiri dari
31 kementerian. Perdana menteri dan menteri luar negeri dipegang sendiri oleh
Sultan Syahrir, sedangkan menteri muda luar negeri diserahkan kepada Agus
Salim.
Pada
tanggal 15 November 1946 lahirlah perjanjian Linggarjati yang mempunyai
implikasi terhadap kabinet. Dalam sidang kabinet tanggal 26 Juni 1947 golongan
sayap kiri yang dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin tidak menyetujui kompromi
yang terkandung dalam surat menyurat antara delegasi Indonesia dan komisi
jenderal. Pada masa inilah RI mengirimkan misi persahabatan ke negara-negara
islam yang dipimpin oleh Haji Agus Salim pada tanggal 4 April 1947. Akibat
usaha Haji Agus Salim negara-negara islam mengakui Republik Indonesia secara
de-jure. Pada tanggal 10 Juni 1947 Agus Salim menandatangani persahabatan
antara Republik Indonesia dan Mesir di kairo yang terdiri lima pasal dan
ditulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Perancis, Arab, dan Indonesia. Delegasi
Republik indonesia kemudian melanjutkan perjalanan menuju Republik Siria.
Perjanjian diplomatik dengan Siria itu juga mengakui secra de-jure adanya
Republik Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani tanggal 2 Jiuli 1947.
Perjanjian ini juga diratifikasi oleh Komite Kerja Pusat Parlemen Sementara RI
dan disiarkan dalam Lembaran Negara tahun 1948. Sedangkan usaha Haji Agus Salim
ke Yordania belum menghasilkan pengakuan dari Yordania, demikian pula de3ngan
Irak. Perjanjian dengan Saudi Arabia ditandatangani pada tanggal 21 November
1947 yang juga mengakui de-jure Republik Indonesia. Dengan demikian misi Haji
Agus Salim sampai pertengahan Desember 1949 berhasil mendapatkan de-jure dari
negara-negara islam.
Baru
pada tanggal 3 Juli lahirlah Kabinet amir Syarifudin yang pertama, dimana Haji
Agus Salim menjabat Menteri Luar Negeri.
Berhubung
pada tanggal 12 agustus akan diadakan sidang Dewan Keamanan guna membicarakan
sengketa antara Indonesia dan Belanda, maka pemerintah Republik Indonesia
mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan agar mengizinkan Menteri Luar
Negeri RI Haji Agus Salim dan penasehatnya St. Sjahrir untuk menghadiri
persidangan guna memberikan keterangan-keterangan seperlunya.
Sejak
Belanda mulai dengan aksi militernya yang pertama, Sutan Syahrir dan Haji Agus
Salim telah meninggalkan Indonesia dengan naik kapal terbang Dakota milik
seorang saudagar Pat. Atas permintaan Republik Indonesia itulah maka Haji Agus
Salim cs. Diijinkan untuk menghadiri persidangan dewan keamanan tanggal 12
Agustus 1947
Dalam
sidang tadi dibicarakan pembentukan sebuah komisi yang dikirimkan kre Indonesia
atas usul Australia. Wakil Belanda sangat menentang bila wakil Republik
Indonesia diberi kesempatan memberikan keterangan-keterangan dalam sidang Dewan
Keamanan.
Pada tanggal 22 Agustus 1947 Belanda
menuduh Dewan Keamanan menyerahkan berjuta-juta rakyat Indonesia kepada
Republik yang bukan negara yang sah.
Tetapi
tuduhan itu ditolak oleh Sutan Syahrir pada tanggal 26 Agustus 1947, malahan
Dewan Keamanan untuk mengirimkan Komisi Internasional guna mengawasi
pelaksanaan gencatan senjata.
Perundingan
Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Delegasi Indonesia terdiri dari
Mr. Amir Syarifuddin, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Coa Si Kien, Mr. Moh. Roem,
Haji agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir Djuanda. Sedangkan wakil-wakil Belanda
terdiri dari Van Vredeburg, Abdulkadir Widjojoatmojo. Dr Sumokil. Pangeran
Kertanegara. Perundingan Rtenville berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dan
menghasilkan perjanjian Renville yang ditandatangani oleh Abdul Kadir
Wijoyoatmojo sebagai wakil Belanda sedangkan pemerintah negara Republik
Indonesia diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin.
Partai
Sarikat Islam Indonesia adalah kesinambungan dari Sarikat Dagang Islam. Di
sitilah partai Sarikat Islam Indomesia difusikan dengan partai-partai islam,
menjadi masyumi. Sejak tanggal 11 September 1947 Kabinet Syarifudin yang
mula-mula merupakan kabinet nasional berubah menjadi kabinet koalisi.
Sebenarnya sesudah Indonesia Merdeka
Agus Salim memasuki Partai Politik Islam Masyumi. Di dalam kongres Masyumi yang
I di Yogyakarta, Haji Agus Salim ingin agar persatuan selutuh umat Islam
diikrarkan. Namun pada 1947 timbul perpecahan antara Masyumi. Waktu itu Haji
Agus Salim memang sedang bertugas keluar negeri. Akibatnya, perpecahan antara
Partai Sarikat Islam Indonesia dan Masyumi tidak dapat dihindari. Inilah yang
menyebabkkan Haji Agus Salim merasa masgul dan kecewa, sehingga terpaksa
menarik diri dari Masyumi.
Kabinet Hatta terbentuk pada tanggal
29 Januari 1948. Sayap kiri terdiri dari Pesindo, Partai Sosialis, partai Buruh
Indonesia PKI tidak diikutsertakan dalam kabinet Hatta ini. Haji Agus Salim
menunjukkan kepribadian yang selalu menghendaki persatuan dan kesatuan serta
rasa tanggung jawab untuk mempertahankan negara. Nusa dan bangsa serta loyal
pada pemerintahnya.
Akibat
Agresi Militer Belanda yang pertama yang ditutup dengan persetujuan Renville,
maka wilayah RI menjadi sempit. Pengakuan de facto atas Sumatra, Jawa, dan
Madura seperti yang tercantum dalam persetujuan Linggarjati.
Menteri-menteri
Susanto Tritoprodjo, IJ. Kasimo dan Lukman Hakim berhasil meloloskan diri dan
ikut serta dalam melaksanakan perang gerilya.
Dalam periode KMB, Haji Agus Salim
tetap menunjukkan sikapnya sebagai putra pertiwi yang tidak goyah pendiriannya
demi mebela keagungan Nusa dan Bangsa. Meskipun nantinya karena fisik yang sudah lemah tidak lagi menjadi Menteri Luar Negeri,
namun jasa-jasa baiknya tetap dibutuhkan oleh Negara RI, terutama bagi
kepentingan hubunghan luar negeri.
BAB V
Gubernur Jendral van Limburg Stirum
mengucapkan Pemerintah sendiri untuk bangsa Indonesia dalam sidang Dewan Rakyat
dengan tujuan untuk meredakan tuntutan kaum pergerakan. Tindakan itu dinilai
sangat memalukan pemerintah Belanda. Inilah yang menyebabkan Gubernur Jenderal
Van Limburg Stirum segera dipanggil pulang ke Negeri Belanda dan kedudukanya
diganti oleh Gubernur Jenderal De Fock dengan tugas untuk menindas pergerakan
nasional Indonesia secara tegas.
ISDV menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI)
pada tanggal 23 Mei 1920 dengan susunan pengurus Semaun sebagai ketua umum dan
Darsono sebagai wakil ketua.
Dalam
kongres tanggal 2-6 Maret 1921, Haji Agus Salim memegang peranan penting yaitu
menetapkan dasar-dasar baru sebagai pengganti dasar 1917. Setelah memulai rapat
pengurus besar, maka diambil keputusan untuk mengadakan kongres pada tahun itu
juga, yaitu kongres ke enam di Surabaya tanggal 10 Oktober 1921. Semaun
terpaksa harus menbuka kartu dan menyatakan sikap netral terhadap agama islam
dan menghendaki tetap menjadi anggota Sarikat Islam. Dengan diterimanya ide
disiplin partai tadi dalam kongres tersebut maka keluarlah Semaun cs dari
Sarikat Islam. Inilah yang menjadi sebab langsung pecahnya cabang-cabang
Sarikat Islam.
Pada tanggal 21 – 27 Agustus 1925, Sentral
Sarikat Islam mengadakan kongres bersama dengan Al Islam di Yogyakarta. Dalam
kongres ini Haji Agus Salim mempertegas sifat Sarikat Islam setelah Sarikat
Islam mengikuti kegiatan politik pemerintah kolonial dengan jalan koperasi.
Cara tersebut tidak dapat dipertahankan dan Sarikat Islam memutuskan untuk
melakukan sikap non koperasi yang ditandai keluarnya Haji Agus Salim dari Dewan
Rakyat.
Komite
Kongres Al Islam sebagai badan tetap yang didirikan berdasarkan Kongres Al
Islam II di Garut menanggapi secara positif adanya Kongres Islam se dunia di
Mekah pada tanggal 1 Juni 1926. Karena itu ditetapkan personalia utusan yaitu
Tjokroaminoto dari Sentral Sarikat Islam dan Haji Mansyur dari Muhammadiyah.
Dengan adanya partisipasi yang demikian tadi maka dalam kongres diputuskan
untuk mendirikan cabang di Hindia Timur, sehingga dengan ini Kongres Al Islam
berubah namanya menjadi Muktamar Al
Islam, Al Islam Faral Hind asj Syarqiah disingkat MAIHS (Kongres Islam Sedunia,
Cabang Hindia Timur. Dengan dibentuknya Dewan Rakyat pada tanggal 18 Mei
1918 maka pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk dapat menaikkan kaum
pergerakan. Dari hasil kongres Sarikat Islam dicalonkan HOS Tjokroaminoto dan
Abdul Muis sebagai wakil-wakil Sarikat Islam dalam Dewan Rakyat.
Untuk memperkuat kedudukan agama islam
dalam dunia internasional, maka diusahakan untuk bergabung dengan Liga yang
menentang penjajahan. Menanggapi akan diselenggarakannya kongres islam sedunia
maka untuk itu kongres menilih Haji Agus Salim sebagai utusan.
Setelah kembali dari Mekah Haji Agus Salim
mencanangkan ide yang cemerlang, yaitu perlu didirikannya Majelis Ulama.
Cita-cita itu dikemukakan dalam kongres di Pekalongan pada tanggal 28 September
– 2 Oktober 1927, dan terwujudlah dalam kongres khusus Sarikat Islam untuk
memperingati Hari Ulang Tahun ke -15 Sarikat Islam pada tanggal 26 – 20 Januari
1928 di Yogyakarta. Dan pada akhirnya Sarikat Islam tidak mau lagi kerjasama
dengan Belanda dalam semua bidang.
Selain membicarakan lebih lanjut tentang
janji pinjaman jangka panjang dari NVV untuk pembelian mesin percetakan guna
mencetak harian Fajar Asia juga diadakan diskusi dengan anggota Perhimpunan
Indonesia yang diharapkan oleh NVV dapat meredakan pertentangan yang terjadi
antara Perhimpunan Indonesia dan Socialistische
Democratische Arbeid Partij (SDAP). Serangan Perhimpunan Indonesia terhadap
SDAP tentang tanah jajahan sangat merisaukan pimpinan partai tersebut sebab hal
ini dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan di lingkungan pengikutnya.
Sehubungan dengan hal itu Haji Agus Salim diminta untuk melunakkan tuntutan
Perhimpunan Indonesia tadi. Haji Agus
Salim dalam pembicaraannya, rapat-rapat, serta tulisan-tulisannya dalam majalah
De Socialist mengemukakan bahwa pimpinan SDAP dan NVV hendaknya membedakan
antara fakta dan norma. Sebagai fakta benar bahwa Indonesia merdeka tidak dapat
dicapai sekarang, namun sebagai norma dapat dikemukakan, karena itu merupakan
suatu pengakuan atas hak asasi, hak tiap-tiap bangsa untuk menentukan
kemerdekaannya.
Pendapat tegas dari Haji Agus Salim
tersebut menimbulkan reaksi tajam dari pimpinan SDAP dan NVV. Sebagai
konsekuesinya dari ketegasan pendirian itu Haji Agus Salim kembali ke tanah air
tanpa dapat realisasi dari janji subsidi jangka panjang.
Haji Agus Salim terjun pertama kali dalam
dunia Pers ialah semenjak memangku jabatan sebagai wakil redaksi harian Neraca
pada tahun 1917. Dia berhasil menduduki pimpinan tertinggi, yaitu sebagai ketua
redaksi yang dipegangnya sampai permulaan tahun 1920. Namun Haji Agus Salim
terpaksa keluar dari harian itu karena adanya pengawasan dan larangan dari
pemilik surat kabar tersebut untuk selalu mengikuti garis-garis
kebijaksanaannya.
Haji Agus Salim adalah pemimpin Sarikat
Islam yang aktif dalam lapangan perburuhan di samping Sosrokardono dan
Surjopranoto. Di dalam kongres PPPB di Bandung pada bulan Mei 1919 Sosrokardono
menganjurkan adanya fusi di antara Sarikat –sekerja sehingga merupakan suatu
badan sentral. Atas prakarsa Sarikat Islam pada akhir bulan Desember 1919 di
Yogyakarta diadakan rapat untuk membentuk suatu Persatuan Pergerakan Kaum Buruh
(PPKB) dari berbagai Sarikat sekerja. Dalam kongres PPKB yang pertama pada
tanggal 1 Agustus 1920 terbukti adanya perbedaan antara Sarikat Islam dengan
kaum komunis. Jika Sarikat Islam mengharapkan aksi-aksi karyawan untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka, tetapi kaum komunis beranggapan bahwa aksi
diadakan untuk mendapatkan pengaruh politik. Pada Kongres PPKB tanggal 18-20
Juni 1921 di Yogyakarta terjadi perpecahan yang tak dapat dihindarkan. Kaum
komunis kemudian mendirikan gabungan Sarikat sekerja baru dengan nama Revolutionaire Vak Centrale.
Dengan
keluarnya kaum komunis, maka Haji Agus Salim kemudian mengemudikan perhimpunan
karyawan yang beraliran islam, yaitu Perserikatan
Buruh Islam Indonesia.
Pada tahun 1930 Haji Agus Salim diminta
untuk menjadi penasehat dalam sidang biro internasional Perburuhan di Jenewa.
Haji Agus Salim menyatakan bersedia menerima tawaran itu dengan mengajukan
syarat bahwa sebagai penasehat akan menyusun sendiri pidato yang diucapkan dan
pembahasan persoalan itu secara langsung di muka sidang.
BAB VI
Pada tahun 1929 bulan Januari Sarikat Islam
berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), pergantian ini
disebabkan adanya pengaruh dari Dr. Sukiman yang baru kembali dari Belanda.
Pengaruh ini menimbulkan perselisihan dalam bidang politik di Partai Sarikat
Islam Indonesia, sehingga timbul dua golongan, yaitu golongan
Tjokroaminoto-Agus Salim dan Suryopranoto.
Pada tahun1932 ketika Komite Al Islam
mengadakan Konggres Al Islam ke IX di Malang atas seruan Mufti Besar S.
Amin Al Hussainy, agar mengadakan
Muktamar Alam Islami di Palestina. Pada tahun 1934 Haji Agus Salim bersama-sama
Tjokroaminoto menyusun Manifest Partai Sarikat Islam Indonesia, namun 17
Desember 1934 Tjokroaminoto tutup usia. Setahun kemudian Haji Agus salim
terpilih dalam Dewan Partai Sarekat Indonesia. Perjalanan hubungan Haji Agus
Salim dengan pemerintah Belanda yang bertujuan merubah sikap non kooperasi
menjadi koperasi sangat rumit, dan menimbulkan banyak kontroversi. Akibatnya
Haji Agus salim dipecat oleh pimpinan pusat Pertai Sarekat Islam Indonesia.
PartaiSarikat Islam Indonesia mengadakan konggresnya pada tahun 1937 yang
berisi keputusan untuk mencabut pemecatan sukiman beserta anggotanya . hal ini
membuat Haji Agus salim semakin dienyahkan dariPartai Sarikat Islam Indonesia.
Pada bulan Desember 1938 sukiman beserta
anggotanya meninggalkan partai Sarikat Islam Indonesia di Solo. Kekacauan
pengurus Partai Sarikat Islam Indonesia memuncak pada tanggal 30 Januari 1939
dan menyebabkan berdirinya beberapa organisasi baru. Pada tahun 1939 muncul
Petisi Sutardjo. Agus Salim menyetujui Petisi ini.
Pada tahun 1939 politikkolonial Belanda mulai
melaksankan perubahan pemerintahan berdasarkan rencana yang sudah ada.
Haji Agus Salimmenyadari bahwa penindsan Jepang
melebihi penindasan Belanda. Karena itu Haji Agus salim membubarkan pergerakan
Penyedar untuk menghindari efek yang tidak baik.
BPUPKI bertugas untuk merancang UUD, dan Haji
Agus salim termasuk di dalamnya. Ketua BPUPKI adalah Dr. Radjiman
Widyodiningrat sedangkan ketua muda ialah Ici Bangasi (jepang) dan R.P Suroso.
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945.
Haji agus Salim Termasuk anggota di bawah
piimpinan Ir. Soekarno untuk membuat UUD ini kemudian dibentuk panitia tujuh
orang dan Haji Aus Salim termasuk di dalamnya. Rencana Uud dilaporkan kepada
sidang pleno BPUPKI pada tanggal14 Juli 1945.Ketika pekerjaan BPuPKI sudah
selesai maka persoalanKemerdekaan
Indonesia telah meningkat ke arah pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Pada tanggal 6 Agustus BPUPKI dibubarkan dan diganti PPKI
yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil seluruh Indonesia yang diangkat oleh
pimpinan pemerintahan Dai Nippon.
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh
Hatta sebagai wakilnya. PPKI direncnakan mulai bekerja pada tanggal 19 Agustus,
tetapi karena Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus
diteruskanProklamasi berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, maka sidang PPKI dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus.
Dengan demikianlah pembentukan UUD 1945
pengesahan serta awal pelaksanaanya telah terlaksana. Di sini sebagai bukti
bahwa peranan Haji Agus Salim tidak sedit , pantaslah jikadia diberi gelar The
Grand Old Man.
Antara sidang pertama BPUPKI dan sidang kedua,
bertemulah panitia kecil yamg terdiri dari sembialn orang. Panitia ini bertugas
membuat naskah yang merupakan balasan terhadap siasat Jepang dengan BPUPKI
untuk memenuhi janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kelak kemudian
hari.
Naskah
itu dikenal dengan nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Pada waktu
penandatanganan Piagam Jakarta ini Haji Agus Salim banyak memberikan
pendapat,saran, dan kritikan. Jadi jelas bahwa Haji Agus Salim bertitik tolak
demi kepentingan bangsa dan negara, maka beliau berani mengajukan usulnya
kepada Panitia Sembilan yang merupakan The Founding Fathers dari Piagam
Jakarta. Tetapi pendapat ini tidak dapat diterima oleh Panitia Sembilan. Ketika
sidang ke II BPUPKI maka Jakarta Charter ini langsung dijadikan Pembukaan
Undang-Undang Dasar bagi Negara Indonesia Merdeka yang akan datang.
Dan
pada akhirnya pendapat Haji Agus Salim pada sidang Panitia Sembilan yang
melahirkan Jakarta Charter diakui ternyata betul. Akibatnya kini pendapat Haji
Agus Salim itu diterapkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dalam
formula Pancasila yang otentik, yuridis, formal, dan konstitusional.
Dengan
demikian nyata sudah bahwa peranan Haji Agus Salim dan jasanya dalam penyusunan
Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat dihapus.
BAB
VII
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
menyebabkan meletusnya api revolusi yang membakar seluruh bumi Nusantara.
Pada tanggal 23 Agustus 1945 dibentuklah
Badan Pusat Komite Nasional Indonesia yang disingkat dengan KNIP. KNIP ini
diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945 dan merupakan penjelmaan dari PPKI.
Pada tanggal 25 September 1945 Presiden telah mengangkat para anggota Dewan
Pertimbangan Agung atau DPA yang berjumlah sebelas orang, diantaranya Haji Agus
Salim. Badan ini mempunyai kewajiban menjawab pertanyaan Presiden dan berhak
memajukan usul pada pemerintah.
Atas usul Komite Nasional Indonesia Pusat
dalam sidang plenonya pada tanggal 16 Oktober 1945 dikeluarkan maklumat Nomor:
x dari wakil Presiden Republik Indonesia yang memberikan kekuasaan legislatif
dan wewenang ikut serta menetapkan Haluan Negara dalam Garis-garis Besarnya
atau GBHN kepada Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terbentuk.
Pada tanggal 15 November 1946 lahirlah
perjanjian Linggarjati yang mempunyai implikasi terhadap kabinet. Dalam sidang
kabinet tanggal 26 Juni 1947 golongan sayap kiri yang dipimpin oleh Mr. Amir
Syarifuddin tidak menyetujui kompromi yang terkandung dalam surat menyurat
antara delegasi Indonesia dan komisi jenderal. Pada masa inilah RI mengirimkan
misi persahabatan ke negara-negara islam yang dipimpin oleh Haji Agus Salim
pada tanggal 4 April 1947. Akibat usaha Haji Agus Salim negara-negara islam
mengakui Republik Indonesia secara de-jure. Pada tanggal 10 Juni 1947 Agus
Salim menandatangani persahabatan antara Republik Indonesia dan Mesir di kairo
yang terdiri lima pasal dan ditulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Perancis,
Arab, dan Indonesia. Delegasi Republik indonesia kemudian melanjutkan
perjalanan menuju Republik Siria. Perjanjian diplomatik dengan Siria itu juga
mengakui secra de-jure adanya Republik Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani
tanggal 2 Jiuli 1947. Perjanjian ini juga diratifikasi oleh Komite Kerja Pusat
Parlemen Sementara RI dan disiarkan dalam Lembaran Negara tahun 1948. Sedangkan
usaha Haji Agus Salim ke Yordania belum menghasilkan pengakuan dari Yordania,
demikian pula de3ngan Irak. Perjanjian dengan Saudi Arabia ditandatangani pada
tanggal 21 November 1947 yang juga mengakui de-jure Republik Indonesia. Dengan
demikian misi Haji Agus Salim sampai pertengahan Desember 1949 berhasil
mendapatkan de-jure dari negara-negara islam.
Berhubung pada tanggal 12 agustus akan
diadakan sidang Dewan Keamanan guna membicarakan sengketa antara Indonesia dan
Belanda, maka pemerintah Republik Indonesia mengajukan permintaan kepada Dewan
Keamanan agar mengizinkan Menteri Luar Negeri RI Haji Agus Salim dan
penasehatnya St. Sjahrir untuk menghadiri persidangan guna memberikan
keterangan-keterangan seperlunya.
Sejak Belanda mulai dengan aksi militernya
yang pertama, Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim telah meninggalkan Indonesia
dengan naik kapal terbang Dakota milik seorang saudagar Pat. Atas permintaan
Republik Indonesia itulah maka Haji Agus Salim cs. Diijinkan untuk menghadiri
persidangan dewan keamanan tanggal 12 Agustus 1947
Pada tanggal 22 Agustus 1947 Belanda
menuduh Dewan Keamanan menyerahkan berjuta-juta rakyat Indonesia kepada
Republik yang bukan negara yang sah.
Tetapi tuduhan itu ditolak oleh Sutan
Syahrir pada tanggal 26 Agustus 1947, malahan Dewan Keamanan untuk mengirimkan
Komisi Internasional guna mengawasi pelaksanaan gencatan senjata.
Perundingan Renville dimulai pada tanggal 8
Desember 1947. Delegasi Indonesia terdiri dari Mr. Amir Syarifuddin, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Dr. Coa Si Kien, Mr. Moh. Roem, Haji agus Salim, Mr. Nasrun dan
Ir Djuanda. Sedangkan wakil-wakil Belanda terdiri dari Van Vredeburg,
Abdulkadir Widjojoatmojo. Dr Sumokil. Pangeran Kertanegara. Perundingan
Rtenville berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dan menghasilkan perjanjian
Renville yang ditandatangani oleh Abdul Kadir Wijoyoatmojo sebagai wakil Belanda
sedangkan pemerintah negara Republik Indonesia diwakili oleh Mr. Amir
Syarifuddin.
Partai Sarikat Islam Indonesia adalah
kesinambungan dari Sarikat Dagang Islam. Di sitilah partai Sarikat Islam
Indomesia difusikan dengan partai-partai islam, menjadi masyumi. Sejak tanggal
11 September 1947 Kabinet Syarifudin yang mula-mula merupakan kabinet nasional
berubah menjadi kabinet koalisi.
Sebenarnya
sesudah Indonesia Merdeka Agus Salim memasuki Partai Politik Islam Masyumi. Di
dalam kongres Masyumi yang I di Yogyakarta, Haji Agus Salim ingin agar
persatuan selutuh umat Islam diikrarkan. Namun pada 1947 timbul perpecahan
antara Masyumi. Waktu itu Haji Agus Salim memang sedang bertugas keluar negeri.
Akibatnya, perpecahan antara Partai Sarikat Islam Indonesia dan Masyumi tidak
dapat dihindari. Inilah yang menyebabkkan Haji Agus Salim merasa masgul dan
kecewa, sehingga terpaksa menarik diri dari Masyumi.
Kabinet
Hatta terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948. Sayap kiri terdiri dari Pesindo,
Partai Sosialis, partai Buruh Indonesia PKI tidak diikutsertakan dalam kabinet
Hatta ini. Haji Agus Salim menunjukkan kepribadian yang selalu menghendaki
persatuan dan kesatuan serta rasa tanggung jawab untuk mempertahankan negara.
Nusa dan bangsa serta loyal pada pemerintahnya.
Akibat Agresi Militer Belanda yang pertama
yang ditutup dengan persetujuan Renville, maka wilayah RI menjadi sempit.
Pengakuan de facto atas Sumatra, Jawa, dan Madura seperti yang tercantum dalam
persetujuan Linggarjati.
Menteri-menteri Susanto Tritoprodjo, IJ.
Kasimo dan Lukman Hakim berhasil meloloskan diri dan ikut serta dalam
melaksanakan perang gerilya.
Dalam
periode KMB, Haji Agus Salim tetap menunjukkan sikapnya sebagai putra pertiwi
yang tidak goyah pendiriannya demi mebela keagungan Nusa dan Bangsa. Meskipun
nantinya karena fisik yang sudah lemah tidak lagi menjadi Menteri Luar Negeri,
namun jasa-jasa baiknya tetap dibutuhkan oleh Negara RI, terutama bagi
kepentingan hubunghan luar negeri.
BAB VIII
Seseorang
ada kalanya mengalami masa jaya dan pada suatu ketika mengalami masa
kemunduran. Kalau dari tahun 1946-1950, Haji Agus Salim laksana bintang
cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari
“Orang Tua Besar”, namun sesudah itu peranan Haji Agus Salim mulai memudar.
Sejak
ditawan di Brastagi, mulailah Haji Agus Salim untuk mengisi waktunya yang
terluang dalam mengarang sebuah buku yang berjudul “Bagaimana Takdir, Tawakal,
dan Tauhid Harus dipahamkan?”. Pada tahun 1953, buku tersebut diperbaiki
menjadi “Keterangan Filsafat tentang Tauhid, Takdir, dan Tawakal”. Pada tahun
itu juga beliau mengeluarkan sebuah buku dengan judul “Kebudayaan”.
Sejak
tahun 1950 Haji Agus Salim diangkat menjadi Penasehat Menteri Luar Negeri
sampai pada saat wafatnya. Tahun 1952 beliau mendapat undangan untuk memberikan
kuliah tentang Islam pada Cornell University di Ithaca, Amerika Serikat. Baru
pada tanggal 17 Januari 1953 beliau memberi kuliah, kecuali di Cornell
University juga di Prinstone University. Pada waktu yang sama beliau
berkesempatan lebih memperdalami pengetahuan dalam bidang ilmu.
C.
Penilaian Buku
1.
Kelebihan
a) Fisik :
Sampulnya masih terawat
b) Bahasa :
c) Isi :
Buku tersebut menyajikan beberapa gambar Haji Agus Salim meskipun tidak terlalu
jelas
d) Ejaan :
2.
Kekurangan Buku
a)
Fisik : Kertasnya sudah agak
kekuning-kuningan karena buku tersebut sudah lama diterbitkan
b)
Bahasa : Sulit dipahami karena menggunakan bahasa
yang terlalu baku
c)
Isi : Isi buku tersebut seperti
cerita, bukan seperti riwayat hidup Haji Agus Salim
d)
Ejaan : Ada kata yang masih menggunakan
ejaan yang belum disempurnakan. Contoh: Konggres, nagari
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji Agus
Salim adalah seseorang yang pantang menyerah , berani mencoba banyak hal.
B. Saran
1. Sebaiknya
ejaan diperbaiki lagi sehingga mudah dipahami
2. Bahasanya
jangan terlalu baku dan jangan bertele-tele sehingga pembaca dapat lebih
memahami isi buku tersebut
3. Kertasnya
diganti dengan kertas yang lebih berkulitas sehingga lebih enak untuk dibaca
4. Isinya
lebih disingkat sehingga pembaca mudah memahami isi buku tersebut
makasih min....sangat membantu:)
BalasHapusWahhh...
BalasHapusBlog ini,,, emejing
Wahhh...
BalasHapusBlog ini,,, emejing
Sands Casino – New Slots and Games - SEGPORTS.COM
BalasHapusWe offer 샌즈카지노 over 100 online slot machines & dafabet casino games including blackjack, roulette, keno, video poker, keno, video poker, keno, video keno & more. Rating: 3.6 · 14 votes 더킹카지노